z Sejarah Perang Jagaraga ~ Adi Ngurah

Rabu, 15 Juni 2011

Sejarah Perang Jagaraga



Tanggal 2 Mei dan 20 Mei adalah hari penting bagi sebuah kesadaran sejarah terutama yang menyangkut generasi muda sebagai penerus bangsa yang telah mewarisi nilai-nilai perjuangan para pendahulunya.
Berbagai kegiatan yang berbau heroik, digelar, seperti napak tilas, upacara bendera, dan seminar yang mengangkat pejuang nasional. Salah satunya, seminar yang digelar oleh UPTD Monumen Perjuangan Rakyat Bali, yang bertempat di Monumen Bajra Sandhi, Renon Denpasar baru-baru ini. Dalam seminar itu diangkat nilai-nilai perjuangan Perang Jagaraga, yang nota bene di dalamnya menghadirkan tokoh patriotik Gusti Ketut Djelantik yang terkenal dengan sebutan Patih Djelantik.
Dalam seminar yang menghadirkan 3 pemakalah -- semuanya sesuai tema -- menghadirkan ketokohan Patih Djelantik dari segala sudut pandang yang intinya mengandung nilai-nilai yang patut diteladani oleh generasi muda kita. Ini dikemukakan dengan sangat antusias oleh pemakalah dan para peserta seminar. Persoalan tidak sampai di situ. Kegamangan yang mungkin dialami sebagian masyarakat khususnya Buleleng, akan menipis menjadi kebanggaan jika didapat kejelasan sebuah fakta siapa sebenarnya Patih Djelantik itu. Sebab dari sekian referensi nyaris asal usul beliau tersamar dalam balutan keperkasaan beliau.
Seperti yang kita ketahui bersama setelah selesai perang saudara di Buleleng terjadi kesepakatan antara Raja Karangasem dengan Raja Buleleng, bahwa jika rajanya keturunan Dinasti Karangasem maka patihnya adalah keturunan Dinasti Pandji Sakti. Kemudian ada disebut-sebut seorang pahlawan wanita yang bernama Jro Jempiring. Siapa pula itu dan siapa keturunannya? Mungkin jawaban itu akan didapat jika para sejarawan, atau pakar-pakar dan para pengambil kebijakan sedikit melirik siapa yang menjadi keturunan para penguasa (raja), karena bagaimanapun konsep-konsep kepemimpinan, nilai-nilai sosial budaya dulunya berpusat di puri.

Terjadinya Perang Jagaraga
BentengJagaraga berada di atasbukit, berbentuk ´Supit UrangĀµ.
Selain laskar Buleleng maka raja-rajaKarangasam, Mengwi, Gianyar danKlungkung juga mengirim balabantuan sehingga jumlah seluruhnyamencapai 15000 orang.
Dalam menghadapi perlawananrakyat Bali, pihak Belanda terpaksamengerahkan ekspedisi militer secara besar-besaran sebanyak tigakali.
kspedisi pertama (1846)
Belanda mengirim 1700 pasukan dan dipimpinoleh van den bosch.
kspedisi tsb gagal menundukkan rakyat Balikarena raja-raja Karangasam, Mengwi,Gianyar dan Klungkung mengirim balabantuan untuk laskar Buleleng sehinggajumlah seluruhnya mencapai 15000 orang.
Semangat para prajurit juga ditopang olehisteri Jelantik bernama Jero Jempiring yangmenggerakkan dan memimpin kaum wanitauntuk menyediakan makanan bagi paraprajurit yang bertugas digaris depan.
kspedisi Ketiga ( 15-16 April 1849-Perang Jagaraga II)
Belanda mendatangkan pasukan yang lebihbanyak berjumlah 15000 orang lebih terdiri daripasukan infanteri, kavaleri, artileri dan Zeni.
Dipimpin oleh Jendral Mayor A.V Michiels danVan Swieten.
Laskar Buleleng tidak mampu melawan senjatapasukanBelanda yang lebih modern sehinggaI Gusti Ketut Jelantik Patih Buleleng besertarajanya I Gusti Made Karangasem punmeloloskan diri ke Karangasem dan akhirnyagugur di Karangasem diserang oleh pasukanKarangasem yang sudah lebih dahuluditaklukkan Belanda.
Perlawanan Jagaraga berhenti karenagugurnya Patih Jelantik.
Secara politis benteng Jagaraga telah jatuh ketangan pemerintah Kolonial Belanda padatanggal
19 April 1849.
Selain puputan Buleleng, perlawanan rakyatBali juga terjadi melalui puputan Badung,Klungkung dan daerah lain walaupun akhirnyapada tahun 1909 seluruh Bali jatuh ke tanganBelanda.

0 komentar:

Posting Komentar