z MAKANAN KHAS SINGARAJA ~ Adi Ngurah

Selasa, 07 Juni 2011

MAKANAN KHAS SINGARAJA

 BELAYAG, Makanan Khas desa Penglatan

BELAYAG sebagai makanan khas memiliki arti tersendiri bagi masyarakat Desa Penglatan, 8 km dari kota Singaraja. Makanan yang diramu menjadi satu perpaduan yang lezat ini diyakini masyarakat sebagai warisan turun-temurun. Entah mengapa belayag buatan ibu-ibu rumah tangga desa ini memiliki rasa yang lain jika dibandingkan belayag buatan ibu-ibu desa lainnya. Usaha belayag ini juga membantu ibu-ibu di desa itu untuk menopang penghasilan suami.

Hal tersebut diakui Kepala Desa Penglatan, Made Nariasa, S.E. Menurut Nariasa, dari segi bentuk sama saja dengan desa lainnya, namun dari segi rasa berbeda. Jika dilihat dari bumbunya terlihat sama saja dengan belayag lainnya, itulah yang membuat Nariasa bingung. Tiap pejabat yang mengunjungi desa tersebut, jika disuguhi makanan, yang dipilih pasti belayag.


Hal senada juga diungkapkan penglingsir Desa Penglatan Drs. I Gusti Putu Teken. “Memang banyak orang yang membuat belayag di Buleleng. Namun orang memberikan penafsiran lain pada rasanya,” tutur Gusti Aji, begitu ia akrab disapa.
Sebagian besar ibu di Penglatan berprofesi sebagai penjual belayag. Mereka tak tahu jelas, sejak kapan belayag berkembang di desa itu. Gusti Aji mengungkapkan, saat usianya masih anak-anak, makanan itu sudah menjadi favoritnya. “Dari dulu bentuknya sederhana. Yang berubah hanya harganya,” seloroh Gusti Aji. Sejak kenaikan harga BBM akhir 2008, belayag untuk orang dewasa Rp 2.000 - 3.000, sedangkan untuk anak-anak Rp 1.000.


Gusti Aji optimis, belayag Desa Penglatan dapat dikembangkan menjadi usaha yang besar jika para pedagang mendapat bantuan modal. Selain dijual di warung-warung, belayag juga dijual dari rumah ke rumah. Beberapa orang tampak menjajakan belayag yang disajikan dengan alas daun pisang.


Murah dan Bergizi
Sarapan dengan menyantap belayag adalah salah satu pilihan ibu-ibu yang memiliki kesibukan ekstra. Bagi ibu-ibu yang tak sempat membuat sarapan untuk keluarganya, lebih memilih ke pasar untuk membeli belayag. Makanan ini juga menjadi favorit keluarga pada hari Minggu. Sambil berlari pagi, terlihat beberapa keluarga singgah di tempat penjual belayag. “Kalau hari Minggu, kami pasti mampir untuk beli belayag,” tutur Bu Ana di warung Bu Punagi, penjual belayag.


Belayag terdiri atas ketupat dengan bentuk lonjong, sahur (kelapa parut yang digoreng dengan bumbu), sambal goreng, kedele, daging ayam, dan sayur-sayuran. Kuah kentalnya meleleh. Dengan harga yang terjangkau umum, belayag juga diyakini menahan lapar. “Kalau pagi makan belayag, pasti tak gampang lapar. Mungkin karena banyak gizinya. Kedele ‘kan memiliki gizi tinggi, daging dan sayurnya juga,” tutur Deni yang mengaku kecanduan belayag.


Tipat belayag yang merupakan masakan asli dari Buleleng hingga kini perkembangannya masih eksis. Menu tipat dicampur sayur dan daging serta sambal ini banyak diminati warga perkotaan, sebagai menu sarapan pagi. Harga yang murah dan terjangkau segala kalangan, membuat usaha menu tradisional ini tak pernah sepi pembeli.


Meski tipat belayag tergolong masakan tradisional, tak sembarang warga yang bisa membuatnya. Satu-satunya desa yang dikenal sebagai daerah di mana warga masyarakatnya telaten meracik masakan tipat belayag adalah, Desa Pengelatan, Kecamatan Buleleng. Warga di Desa Pengelatan secara turun-temurun terus melestarikan resep tipat belayag hingga sekarang.


Luh Suasni, penjual tipat belayag asal Banjar Kelodan, Desa Pengelatan, Rabu (2/1) kemarin menceritakan, tipat belayag banyak penggemarnya. Rata-rata dalam satu hari ia membuat tipat belayag hingga 5 kilogram. Kemudian daging ayam sekitar 7 kilogram lebih, dan ditambah sayur urab secukupnya.


Tidak sampai setengah hari tipat belayag racikannya itu habis terjual. ‘’Tak sampai siang hari sudah habis rata-rata hasil berjualan Rp 100.000, terkadang lebih tergantung situasi pembelinya saja,’’ katanya.


Menurut Suasni, untuk membuat tipat belayag dibutuhkan bahan-bahan seperti beras, daging ayam, sayur daun singkong muda, kelapa, kacang kedelai, bumbu lengkap, dan janur.


Pertama beras dibungkus kecil-kecil memanjang kemudian direbus hingga empat jam. Sambil menunggu tipat belayag matang, daging ayam digoreng kering kemudian disisit.


Demikian juga kacang kedelai digoreng kering. Langkah selanjutnya, membuat bumbu dengan mencampurkan tepung beras dan bumbu lengkap. Bumbu ini kemudian dimasak hingga mengental. Sementara untuk membuat sayurnya dibuat dengan cara, daun singkong muda direbus kemudian dipotong kecil-kecil, lalu dicampur dengan bumbu lengkap.


Setelah semua bahan-bahan tadi dimasak langkah selanjutnya tinggal menghindangkan. Caranya, tipat belayag dipotong kecil-kecil kemudian di atasnya ditambah sayur urab dan daging ayam.


Setelah itu, barulah disiram dengan bumbu dan di atasnya ditaburi kacang kedelai, dan sedikit sambal bagi yang senang pedas. ‘’Tipat belayag baik dihidangkan saat panas dan cocok untuk sarapan pagi,’’ jelasnya.


Lebih lanjut Suasni mengatakan, selama ini tipat belayag belum banyak yang mampu dipasarkan di restoran. Ini terjadi lantaran pengusaha tidak banyak yang melirik masakan tradisional seperti belayag ini.


Jika pengusaha restoran mencoba memasarkan tipat belayag Suasni yakin, masakan khas Buleleng ini akan mempu bersaing dengan masakan modern.


Tidak saja itu apabila tipat belayag sudah banyak yang dipasarkan di restoran, tentu warga masyarakat akan bertambah semangat untuk tetap melestarikan masakan yang tidak ada di daerah lain.


Untuk itu, ke depan Suasni menyarankan perlu adanya perhatian pemerintah maupun dari pengusaha makanan agar membantu para pembuat tipat belayag di Buleleng. Misalnya, dengan membantu permodalan termasuk pemasaran yang lebih luas.


Selama ini, diakuinya, perhatian pemerintah belum ada sama sekali untuk usaha tipat belayag ini. Pembuat tipat belayag hanya mengandalkan modal seadanya saja.


Bahkan banyak pembuat tipat belayag yang tak mampu bertahan lantaran kesulitan modal. ‘’Saya yakin tipat belayag masakan yang berpeluang untuk bersaing dalam pasaran makanan saat ini. Untuk menjawab tantangan itu pemerintah hendaknya memberikan dukungan,’’ imbuhnya. *mud


Kalau ke Singaraja, cobalah BELAYAG. Belayag adalah sejenis ketupat tapi berbentuk seperti kue lepat. Asyiknya, belayag itu dimakan pakai ayam suwir, kacang mentik goreng, plus bumbu khusus yang terbuat dari campuran kaldu ayam, bumbu genep, parutan kelapa dan sedikit pengental dari beras yang ditumbuk. Kalo ditambah ama keripik ceker ayam, wuahhhh…tambah lezaat.


Di Singaraja ketupat belayag menjadi penganan sarapan. Tempat pedagangnya antara lain di Balai Banjar Peguyangan, pasar Banyuasri dan pasar Anyar.

SIOBAK SINGARAJA
Siobak terdiri dari berbagai macam daging babi. Ada samcan, kulit, daging babi merah dan daging goreng yang semuanya disajikan dengan kuah coklat kental yang sangat berasa aroma bawang putihnya. Selain itu siobak juga dilengkapi dengan keripik kulit babi yang sangat kriuk dan irisan acar. Jika ingin pedas bisa ditambahkan sambal botol (kurang nendang) dan irisan cabai hijau.
Paduan rasa antara daging yang disiram kuah coklat kental memberikan rasa ketagihan. Gw aja sampe nambah nasi 1 porsi lagi. Rasa gurih dan aroma bawang putih mendominasi makanan ini. Daging babi merah yang biasanya kalo di Jakarta cenderung manis, terasa gurih. Hal ini mungkin karena kultur di Bali yang makanannya tidak didominasi rasa manis.

Jukut Buangit




Jukut Buangit adalah makanan yang berasal dari Sangsit. Jukut Buangit terbuat dari sayur buangit yang diolah dengan asam. Rasanya sungguh menggoda selera. Banyak yang belum tahu apa itu Jukut Buangit, jadi yang pingin tahu, silahkan anda jalan-jalan disepanjang Jln. Diponegoro. Disana banyak terdapat pedagang yang menjual masakan yang sangat enak ini.


0 komentar:

Posting Komentar