z Bule Belgia Tekuni Tari Topeng Bali ~ Adi Ngurah

Senin, 06 Juni 2011

Bule Belgia Tekuni Tari Topeng Bali

 

Singaraja - Topeng Bondres merupakan dramatari yang semua pemainnya (penarinya)  menggunakan topeng (penutup wajah). Alur ceritanya lebih banyak mengambil cerita rakyat pada umumnya, kadangkala diselingi dengan banyolan-banyolan(lawakan) lucu yang menghibur, membuat penonton tertawa.
Disebuah siang pada kegiatan Adat masyarakat Bali, sebuah pertunjukan Topeng Bondres dibawakan oleh Skeha (Group) Topeng Bondres Dwi Mekar dari Banyuning, Kabupaten Buleleng, Bali.
Mengiringi alunan gambelan pengiring, Para penari Topeng memulai pentas gerak tari. Tokoh pertama yang membuka dramatari Topeng Bondres seorang penari dengan  topeng berwajah kakek tua berambut putih.    
Seiring berakhirnya penampilan Topeng Tua (Topeng Bungkulan) sebagai pembuka (pengelembar) pentas dramatari topeng bondres Dwi Mekar penonton mulai memadati tempat pentas menjelang munculnya penari yang kedua. Padahal sebelumnya penonton tidak begitu banyak.


Yang berbeda dari Topeng Bondres Dwi Mekar, Buleleng ini adalah  seorang Bule yang ceritanya sebagai tokoh Turis yang berkunjung ke Bali. Dalam cerita, si Turis ini sangat mengagumi seni dan Budaya Bali dan keramah–tamahan masyarakat Bali yang lugu, dan selalu menerima.
Bahasa dialog yang digunakan kadang bahasa Inggris, kadang bahasa Bali. Penonton pun merasa heran dengan  si Bule yang sangat fasih berbahasa Bali dengan  sor singgihnya (etika tingkatan berbahasa). Di sinilah dialog itu mulai mengundang gelak tawa penonton.
Kadang kala dalam dialognya memadukan dua bahasa yang berbeda sehingga tokoh turis dan tokoh orang Bali yang menghadapi tamunya yang ceritanya dari Holand/ Belanda yang keduanya sama-sama saling tidak mengerti.  
Usai pentas penulis menghampiri tokoh Turis ini, dia adalah seorang Bule dari Belgia namanya Marthin  kelahiran 7 Agustus 1976. Martin adalah seorang yang menekuni Bidang Sastra dan budaya Asia yang juga senang dengan kesenian seperti Gamelan tradisional. Dia juga menggiati tari dan musik  modern, khusnya Biola dan Piano.
Martin tertarik dengan Topeng Bondres saat dia berkesampatan menyaksikan Topeng Bondres yang sedang pentas di Belgia tahun 1998. Group Topeng Bondres ini di pimpin oleh Bapak Nyoman Durpa, dari Sanggar Dwi Mekar Banyuning Buleleng. Komang (sebutan keseharian Marthin) mengatakan dia langsung tertarik ikut rombongan kembali ke Bali. 
Menurut Komang Martin, Topeng Bondres sangat unik dimana memadukan antara seni tari, seni drama dan seni gamelan. Komang memerlukan waktu yang cukup lama untuk belajar Tari Topeng Bondres ini. Hampir tiga tahun dia menghabiskan waktu menggeluti Bondres. Barulah komang di ajak untuk ikut bergabung di Group Topeng Bondres Dwi Mekar Banyuning – Buleleng.
Komang Marthin sudah menekuni Tari  Topeng Bondres hampir 11 tahun lamanya. Tapi walaupun sudah belasan tahun, dia mengaku masih tetap belajar dan belajar untuk meningkatkan kemampuannya di bidang gerak tari dan drama Topeng Bondres.
Marthin memang bukan orang Eropa Belgia lagi, dia sudah beristrikan seorang gadis Bali dari Kintamani Bangli, namanya Eka Santhi Dewi, keponakan I Nyoman Durpa. Martin dikaruniai tiga orang anak yang masih kecil -kecil, yang paling bungsu baru kelas 2 Sekolah Dasar.



 Pengalaman pentas selain di wilayah Bali juga pernah di Jawa dan Lombok sedangkan pentas di luar negeri seperti di Belgia, Belanda, Dermak, dan Jepang.

Pentas terakhir ke manca negara bagi komang yaitu ikut pentas bersama rombongan di Jerman tahun 2007. Sekeha Topeng Bondres Dwi Mekar Banyuning-Buleleng berdiri tahun 1991 di pimpin oleh Bapak I Nyoman Durpa, BA dengan jumlah penarinya 7(tujuh) orang, setiap pentas rata-rata bayarannya 4 juta rupiah tergantung dari jumlah penari atau sekeha yang dilibatkan.
Komang akan selalu cinta dengan Budaya Bali seperti seni tari, gamelan dan drama khususnya Topeng Bondres tempat komang Bergabung dan mendapat kesempatan untuk selalu belajar dan mengasah jiwa seninya sampai sekarang di samping itu juga menambah pergaulan dan pertemanan sesama seniman Bali.
Komang Marthin tidak bisa berbicara masalah Ajeg Bali, saat di minta pendapatatnya tentang Ajeg Bali yang sedang di gemborkan sekarang ini, namun menurut dia marilah kita belajar khususnya bagi muda-mudi Bali untuk mencintai seni Budayanya sendiri. Komang mencontohkan seperti masyarakat di wilayah Kuta yang dengan hidmatnya dan  masih menjunjung tinggi adat istiadat Bali walaupun wilayahnya bersinggungan dengan budaya dari luar, tetapi tetap menjaga adat dan tradisi Budaya Bali. Menurut komang belum semua daerah di Bali, bisa seperti masyarakat adat Kuta tersebut. Terakhir Komang Marthin menyarankan ”Banggalah menjadi Orang Bali”.
Topeng Bondres adalah salah satu tokoh dalam dramatari topeng, tokoh-tokoh dalam topeng terdiri dari Topeng Pengelembar (tokoh tua  dan tokoh keras), Penasar (Kelihan yang tua, dan Cenikan yang lebih muda), Ratu (Dalem dan Patih) dan Bondres(tokoh rakyat). Lakon cerita biasanya bersumber dari cerita sejarah atau yang biasanya di sebut Babad.
Dramatari topeng bondres memiliki keunikan tersendiri, walaupun mengunakan pakaian tradisional adat Bali, topeng bondres dalam lakonnya tidak terikat pada pakem tari maupun alur cerita. Kesenian bondres lebih banyak menekankan pada sifat humor atau banyolan-banyolah dan sindiran yang di dalamnya terkandung makna memberi pesan etika moral, dan sarat informasi. Tak heran, bila dalam setiap pementasan, sindiran yang dinilai sebagai sebuah ketimpangan sosial atau konflik adat sering dimunculkan


Powered Posting By : http://erabaru.net/wisata/64-pariwisata/7671-bule-belgia-tekuni-tari-topeng-bali

0 komentar:

Posting Komentar