z PRASASTI DESA BULIAN ~ Adi Ngurah

Kamis, 19 Mei 2011

PRASASTI DESA BULIAN

BEBERAPA peninggalan prasejarah yang menunjang selain prasasti Bulian A dan B mengharapkan diteliti oleh Balai Arkeologi yang berwenang. Seperti benda suci yang dikeramatkan disimpan di Pura Merajan Jero Pasek Bulian. Tempat pemujaan Sakti dari Dewa Siwa disebut Ratu Ayu oleh penduduk semenjak zaman dahulu. Benda itu berupa bajra dengan ujung berupa cakra. Tajak dari perunggu. Keris berupa taji pada waktu sabungan ayam. Bentuknya antik kuna keropos karena tua ukurannya sangat besar. Bande gong selunding. Ukuran segi 4 panjang dibagi dua membagi garis sudut menyudut tinggal hanya sebagian. Menurut seorang pencinta sejarah dan budaya Bali dari Bebandem Kabupaten Karangasem bernama Wayan Tusan; sebagian lagi dengan besar yang sama disimpan di Pura Besakih. Area kuna Dewa Siwaguru, Dewi Uma, Dewi Parwati, Bhatari Durga disimpan di Pura Kangin atau Pura Yeh Basang. Mungkin bahannya dari tanah lempung putih atau tanah liat. Ditaruh begitu saja di sebuah pelinggih tanpa pengaman dan serius kepada benda budaya purbakala karena tidak mengerti. Sekitar tahun 1923 seorang petani bernama Kaki Sedeng menemukan guci keramik berisi perhiasan mas nguda kadar karat kurang. Di sebelah barat Pura Yeh Basang di sebelah utara Pura Gede tempat disimpan prasasti Bulian A dan B. Disimpan di sanggah dadia. Tidak berapa lama hilang dicuri. Tempat yang dikeramatkan di aliran sungai yeh buah dari selatan ke utara paling hulu pada mata air Pura Soca upacara suci lahir batin dan wilayah. Pada prasasti sangat terkenal upacara pensucian pada bulan srawana sampai ke Ibu Kota. Jadi tempat yang dikeramatkan di aliran sungai Yeh Buah dari selatan ke utara, Pura Yeh Pande mohon kepandaian ilmu pengetahuan, Pura Telaga Waja (dwaja) mohon keselamatan kesehatan; melis melasti bersih suci bagi penyungsungan di pura dan sanggah. Lobang seperti dibuat manusia untuk berkeramas dan untuk membuat obat jamu. di hilir dekat Kubutambahan memohon tirta upacara dan toya pangentas untuk warga yang kematian. Goresan tangan tiga jari (dibuat dengan jari?) dan sebuah lobang pada batu di aliran sungai. Namanya di tibu bekung penulis kira dari zaman prasejarah. Mengharap semua diteliti oleh Balai Arkeologi. Dahulu tahun 1960-an batu itu menjulang kira-kira 3 meter di pinggir sebelah timur sungai. Peristiwa alam baru itu dibenam pasir hampir rata dengan perut sungai. Menurut berita batu itu hampir dipecah untuk pengaspalan jalan.

Sampai pada perkiraan yang mungkin bisa dikembangkan sambil mencari fakta. Perkebunan yang bernama benua sekarang pada zaman dahulu merupakan tempat penting. Dari sana Pura Dalem dan Pura Desa sekarang ada di sebelah selatan. Berarti berada di luan hulu. Perkebunan yang bernama pendem sekarang sekitar satu kilometer berada di barat daya juga berarti di luan. Raja-raja Hindu dahulu entah dari mana datangnya dari arah barat telah memilih tempat yang aman dengan pelindung pertahanan yang kuat. Strategi keseluruhan telah dipikir dengan cermat. Ingat berdirinya kerajaan Hindu di Nusantara. Seandainya perkiraan ini benar bahwa di Bulian pada zaman dahulu kala telah berdiri kerajaan Hindu tertua maka empelan Bulian telah dibuat pada zaman dahulu sekali. Menguasai sawah-sawah di pesisir pantai dari timur ke barat. Kalau zaman kuna Bali kata dalem juga berarti raja, Pura Dalem juga berarti raja yang roh sucinya disemayamkan didhinarma pada waktu hari piodalan. Terutama Ida Bhatara Dalem Purwa Bhumi penguasa wilayah menurut kepercayaan orang Bulian selain linggih bagi Bhatara Siwaguru dan Bhatari Durga. Rangga-rajasa-sang-amurwa-bhumi = Ken Arok sebagai cikal bakal penguasa wilayah Majapahit. Padharman berupa candi ada di Desa Kagenengan = di sana nyeneng. 

Prasasti Mantyasih kira-kira Saka 837 tujuannya untuk menghormati cikal bakal raja raja Medang Kemulan. Ditulis: rahyangta rumuhun ri Medang ri Poh Pitu. Rumuhun = sane dumun. Ida sane sampun amor ring Hiang sane dumun nyeneng ring Medang ring Poh Pitu. Kalau demikian halnya Bulian memiliki sejarah hampir sama tetapi rajanya siapa? Nama purinya apa? Menurut majalah Yaperna bahwa Rakai Garung dari Medang Kemulan pernah menyerang Bali antara abad 8-9 Masehi. Kalau Bali kalah tidak lagi memakai bahasa Bali Kuna di dalam prasastinya. 

RANGKAIAN KATA dari Jawa Barat cipinang = yeh buah. Di mana Hinduisme menjejakkan kaki demikianlah corak agama Hindu kata almarhum Prof. Mantra. Dengan kata lain India arif tidak memaksakan pelajaran. Prasasti Tugu yang menyebut kata candrabhaga = bhagasasi menjadi Bekasi menurut Prof. Poerbatjaraka almarhum. Candrabhaga nama sebuah sungai di India Selatan dan Utara. Terusan dan pertamanan yang kini Bekasi mengingatkan empelan Bulian untuk pengairan sawah yang luas juga. Prasasti lainnya menyebut Raja Purnawarman diketemukan di Sungai Ciaeruteun. Menurut Prof. Slamet Moeljana almarhum juga Ciaruteun nama kerajaannya juga selain Taruma Nagara. Kronik Tionghwa menyebut To-lo-mo dan Ho-lo-tan. Telah diserang dan dikalahkan barangkali oleh Sriwijaya: yang wala sriwijaya sangat manapik yang bhumi jawa tida bhakti ka sriwijaya. Manapik = menampik = menolak = tidak terima. Berita Cina menyebut Se-li-fo-che.

Ada istilah dasanama untuk nama desa tumbuh tumbuhan dan kata. Bagi rakyat istilah dahulu kaula cukup hanya Bulian saja. Bagi susuhunan namanya Gunung Sari Pulo Sekar Pulo Sari. Malahan yang lebih kuna bernama Wira Mas Maja Wira Sari. Rakai Panangkaran di Kraton Medang setelah mengalahkan saingannya. Balaputradewa bergelar Wira Wairi Matana dan Wara Wira Wimardana keduanya berarti dia yang mengalahkan musuhnya. Bergaya mirip karena memiliki derajat yang terpendam.

Bali tidak mengenal peta pulau Bali masa lalunya baik di lontar maupun buku. Yang dipakai patokan adlah tanjung. Sebelah barat dan sebelah timur. Dauh njung dan dangin njung. Bagaimana peta pulau Bali yang sangat berbeda dengan peta sekarang seperti pada sebuah Ensiklopedi Belanda terbitan tahun 1700-an. Istilah ''gigiring manuk'' kira-kira mengacu pada peta sekarang. Masih banyak peninggalan Bulian yang belum sempat disebut.

Seperti pada tradisi lontar, misalnya seperti meletusnya Gunung Agung pertama. Ada yang menyebut Baliwarman. Siapa tahu?! Perkiraan dan terka terkaan selalu ada dalam ilmu sejarah. Bukan berarti ilmu pencarian sejarah akan berakhir apabila telah muncul sebuah tulisan mengenai ilmu sejarah

0 komentar:

Posting Komentar